MANAJEMEN OFF FARM KOMODITAS JERUK
Manajemen Off Farm
Komoditas Jeruk Siam di Desa Umbulsari Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember.
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN
Kegiatan
off farm juga dilakukan manajemen
agribisnis dalam pelaksanaannya. Responden telah melaksanakan kegiatan
manajemen off farm yang dilakukan
pada pasca panen sampai pemasaran. Kegiatan
manajemen off farm tersebut meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian. Semua
kegiatan tersebut dilakukan sendiri oleh responden.
4.2.1 Perencanaan
Keberhasilan
kegiatan off farm khususnya pemasaran
buah jeruk siam sangat ditentukan oleh perencanaan yang baik. Perencanaan
tersebut meliputi waktu panen, input yang digunakan, transportasi, tenaga
kerja, dan pemasaran. Kegiatan perencanan ini sangat penting dilakukan karena
tanpa adanya perencanaan tersebut, maka tidak akan tercapai tujuan yang
diharapkan yaitu pemasaran produk yang optimal. Penghitungan biaya merupakan suatu bentuk
perencanaan dalam menganalisis modal yang ada dan pendapatan yang akan
didapatkan. Berikut adalah tabel biaya
penggunaan bahan serta penyusutan yang terjadi terhadap pemakaian bahan dalam
manajemen off farm jeruk siam.
Tabel 4.1 Total Biaya Tetap (TFC)
pada Manajemen Off farm Jeruk Siam.
No
|
Jenis
Input
|
Kebutuhan
|
Harga/satuan
(Rp)
|
Total
(Rp)
|
Umur
Ekonomis
(Tahun)
|
Nilai
Penyusutan (Rp)
|
1.
|
Timbangan
|
1 buah
|
100.000,-
|
100.000,-
|
10
|
1.000,-
|
2.
|
Keranjang
|
3 buah
|
80.000,-
|
240.000,-
|
2
|
120.000,-
|
3.
|
Bak
|
2 buah
|
30.000,-
|
60.000,-
|
2
|
30.000,-
|
4.
|
Tobos
|
1 buah
|
150.000,-
|
150.000,-
|
2
|
75.000,-
|
5.
|
Sepeda Motor
|
1 buah
|
18.000.000,-
|
18.000.000
|
10
|
1.800.000
|
Jumlah
|
18.550.000,-
|
|
2.026.000,-
|
Tabel 4.2 Total
Biaya Variabel (TVC) pada Manajemen Off
farm Jeruk Siam.
No.
|
Bahan
|
Jumlah
|
Harga (Rp)
|
Total (Rp)
|
1
|
Bahan bakar
motor
|
7
|
20.000,-
|
140.000,-
|
2
|
Plastik
|
20
|
150,-
|
3.000,-
|
|
Jumlah
|
|
|
143.000,-
|
Biaya yang perlu dihitung
berdasarkan kedua tabel di atas yaitu biaya total dan biaya penerimaan. Biaya
total dan biaya penerimaan perlu dihitung agar memudahkan perhitungan total
keuntungan guna mengetahui keberlanjutan dari usaha tersebut. Berikut merupakan perhitungan biaya total yang
dilakukan oleh responden dalam manajemen Off
farm tanaman jeruk.
Biaya total diperoleh
dari biaya tetap ditambah dengan biaya variabel. Jumlah biaya tetap sebesar
Rp18.550.000,- dikurangi dengan penyusutan sebesar Rp2.026.000,- dan kemudian
ditambah dengan biaya variabel sebesar Rp143.000,-, maka diperoleh biaya total
sebesar Rp16.667.000. Biaya penerimaan diperoleh dari perkalian antara harga
dengan jumlah produksi. Harga buah jeruk per kg sebesar Rp 8.500,- dikali
jumlah produksi buah jeruk sebanyak 8.000 kg, maka diperoleh
biaya penerimaan sebesar Rp 69.600.000,-. Jumlah
pendapatan bersih yang diperoleh responden dalam kegiatan budidaya tanaman
jeruk sebesar Rp25.165.000,-, pendapatan ini diperoleh
dari pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya.
Responden
selanjutnya
merencanakan waktu yang tepat untuk pemanenan buah jeruk. Tanaman jeruk
memiliki 4 kali masa panen dan 2 kali berbuah secara optimal. Tanaman jeruk
mulai menghasilkan buah saat menginjak umur 1,5 tahun dan dapat dipanen setelah
umur 2 tahun. Pemanenan dilakukan setelah buah jeruk berumur 8-9 bulan dihitung
dari tumbuhnya bunga. Harga buah jeruk yang mengalami fluktuasi harga di
pasaran akan disiasati dengan menunda pemanenan selama 2 bulan saat harga mulai
beranjak naik. Tanaman jeruk siam harus ditanam pada waktu yang berbeda di
setiap lahannya agar masa panen buah jeruk berbeda pula. Pemanenan buah jeruk
dilakukan secara bertahap, yaitu pemanenan pertama dilakukan pada tanaman di
lahan A dengan bibit Jogja-Tulungagung, selanjutnya lahan B dengan bibit
Tulungagung, dan lahan C dengan bibit Jember, sehingga ketersediaan buah yang
dipasarkan akan terus terpenuhi. Pemanenan dilakukan dengan jarak yaitu 3 bulan untuk setiap pergantian
panennya dari lahan A ke lahan B, lahan B ke lahan C dan lahan C ke lahan A.
Perencanaan
input meliputi alat-alat yang digunakan dalam proses sortasi sampai kegiatan
pemasaran produk yang meliputi timbangan dan wadah untuk jeruk yang sudah
disortasi. Perencanaan yang dilakukan juga harus memerhatikan semua aspek dan
faktor-faktor dalam kegiatan off farm.
Alat-alat dan teknologi yang digunakan masih tergolong sederhana karena
menyesuaikan dengan skala usaha dan penanganan pasca panen yang dilakukan.
Penanganan yang dilakukan meliputi proses pembersihan, sortasi, grading dan pemasaran, sehingga tidak memerlukan teknologi yang canggih. Penentuan penanganan menggunakan
tenaga manual dan alat sederhana namun terdapat keinginan responden untuk
menambah jumlah produksi dan menggunakan alat dan teknologi baru.
Sumber
daya manusia merupakan salah satu hal yang harus direncanakan dengan baik,
karena berkaitan dengan semua proses pada kegiatan off farm. Kegiatan off farm yang
dilakukan oleh responden sangat sederhana, sehingga tidak memerlukan tenaga
tambahan untuk menyelesaikannya. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran yang digunakan untuk upah tenaga kerja
4.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian
dalam kegiatan off farm sangat
penting dilakukan agar
semua kegiatan berjalan sesuai harapan. Responden telah melakukan
pengorganisasian pada kegiatan off farm
buah jeruk yang diusahakannya. Pengorganisasian dilakukan untuk menempatkan
input-input yang digunakan, tenaga kerja, waktu kegiatan off farm dan saluran pemasaran.
Pengorganisasian
juga dilakukan untuk mengatur pasokan produk buah jeruk yang akan dilakukan
penanganan pascapanen. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan pasokan
setiap harinya. Pengorganisasian pada pasokan buah jeruk berkaitan dengan
pengorganisasian waktu panen yang dilakukan pada waktu yang berbeda, agar buah
jeruk dapat dipanen setiap harinya. Hal ini bertujuan untuk usaha yang
berkelanjutan.
Pengorganisasian
sumber daya manusia yang dilakukan lebih mengutamakan pada waktu yang
dibutuhkan oleh responden untuk menyelesaikan tugasnya dalam kegiatan off farm. Hal ini dilakukan karena
responden melakukan kegiatan off farm sendiri.
Tidak ada pemakaian tenaga kerja dari luar pada saat penanganan pascapanen yang
meliputi grading dan pemasaran buah
jeruk. Proses-proses tersebut dilakukan sendiri oleh responden karena
pekerjaannya tergolong mudah dan tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga kerja.
Hal ini bisa meminimalisir keluarnya biaya untuk membayar upah tenaga kerja,
sehingga keuntungan yang didapatkan lebih banyak.
Teknologi
yang akan diaplikasikan juga harus diorganisasikan dengan baik, sehingga akan
meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan yang menyebabkan ketidakefisienan.
Pengorganisasian yang dilakukan oleh responden adalah dalam hal penempatan
tenaga kerja pada posisi yang sesuai, seperti kemampuan menggunakan teknologi
tertentu dan masing-masing tenaga kerja memiliki deskripisi pekerjaan yang
jelas. Selain itu, pengorganisasian juga dilakukan pada penentuan waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan kegiatan dengan menggunakan teknologi tersebut.
Semua proses kegiatan off farm ini
dilakukan oleh responden sendiri.
4.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanan
dalam manajemen off farm yaitu proses
standarisasi dan grading. Standarisasi
merupakan kegiatan menentukan batas-batas dasar dalam bentuk khusus terhadap
berang-barang baik berdasarkan pada jumlah, kualitas, kapasitas, maupun ukuran
fisik barang. Grading adalah tindakan
mengklasifikasi hasil pertanian menurut standardisasi yang diinginkan atau
penyortiran produk-produk ke dalam satuan atau unit tertentu. Kegiatan grading dapat dilakukan dengan cara
memeriksa dan menyortir dengan alat maupun panca indra. Fungsi
standarisasi dan grading adalah untuk
memudahkan produsen memberikan nilai atau harga pada barang tersebut serta
memudahkan proses jual beli.
Tidak
ada teknologi canggih yang digunakan dalam proses standarisasi dan grading. Kegiatan ini hanya mengandalkan
tangan dan perkiraan dari responden, serta dengan bantuan alat timbangan jika
diperlukan. Hal ini bisa dilakukan oleh responden karena sudah terbiasa dan
sering melakukan proses tersebut, sehingga akan diketahui mutu dan kualitas
buah tanpa menggunakan bantuan alat apapun. Jeruk juga mengalami proses
pembersihan buah agar saat dipasarkan buah menjadi lebih bersih. Pembersihan
buah ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kain atau yang lainnya sehingga dari buah yang bersih
dapat digunakan sebagai penambah harga karena dalam segi kualitas jeruk siam
milik responden terawat dengan baik.
Sumber
daya manusia yang didayagunakan dalam proses off farm ini hanya berjumlah 1 orang, yaitu responden sendiri.
Responden melakukan semua proses kegiatan off
farm dan tidak membutuhkan tambahan tenaga kerja lain. Hal ini karena
pekerjaan yang dilakukan dalam proses penanganan pascapanen sangat sederhana
dan mudah serta tidak membutuhkan keterampilan yang spesifik. Tidak adanya
penggunaan tenaga kerja dari luar akan lebih mengefisienkan biaya yang
dikeluarkan pada kegiatan off farm.
Mutu
dan kualitas buah jeruk dapat dibedakan menjadi 3 kriteria, yaitu kriteria A,
kriteria B, dan kriteria C. Kriteria A diberikan pada buah Jeruk dengan ukuran
yang sangat besar dan dalam setiap kilo-nya terdiri dari 6 buah. Kriteria B
diberikan pada buah dengan ukuran sedang dan dalam setiap kilo-nya terdiri dari
7-8 buah. Kriteria C diberikan pada buah dengan ukuran kecil dan dalam setiap
kilonya terdiri dari 9-10 buah atau lebih jika ukurannya sangat kecil. Setiap
kriteria buah jeruk memiliki tingkatan harga yang berbeda-beda, yaitu Rp
10.000,-/kilogram untuk buah jeruk kriteria A, Rp 9.000,-/kilogram untuk buah
jeruk kriteria B, dan Rp 7.000,- untuk buah jeruk kriteia C.
40%
(buah jeruk)
Gambar 4.1 Saluran Pemasaran
Jeruk
Siam di Desa Umbulsari
Bentuk
produk yang dipasarkan adalah buah segar dan tidak ada pengolahan. Buah segar
yang sudah dipilah-pilah menurut kriterianya akan langsung dimasukkan dalam box
dan sudah siap untuk dipasarkan. Proses pengemasan dilakukan saat ada proses
jual beli berlangsung. Ada dua saluran pemasaran yang dilakukan oleh
responden. Pertama pemasaran hasil panen dimulai dari petani jeruk yang telah
panen dengan menjual hasilnya ke toko-toko kecil dengan persentase 60%,
dan dari toko kecil tersebut hasil akan dijual oleh konsumen dengan
persentase 100%. Saluran yang
kedua petani jeruk akan menjualnya sendiri ke konsumen dengan persentase
100% yang bertujuan untuk
menambah keuntungan yang didapatkan petani. Fungsi pemasaran yang terjadi antara
produsen dengan toko-toko kecil yaitu fungsi pertukaran berupa pemindahan
kepemilikan buah jeruk dari toko-toko ke konsumen, fungsi fisik berupa
pengemasan buah jeruk menggunakan plastik, dan fungsi penyediaan fasilitas
berupa standarisasi buah jeruk yang telah di sortir. Fungsi pemasaran yang
terjadi dengan konsumen yaitu fungsi pertukaran berupa pemindahan kepemilikan
dari produsen ke konsumen. Fungsi pemasaran antara toko-toko kecil dengan
konsumen yaitu fungsi pertukaran berupa pemindahan kepemilikan dari toko-toko
ke konsumen.
4.2.4 Pengawasan
Pengawasan
dilakukan dari awal sampai akhir kegiatan off
farm dengan tujuan untuk menghindari terjadinya penyimpangan yang tidak
diinginkan. Kegiatan pengawasan harus selalu dilaksanakan agar proses
penanganan pascapanen yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan
sesuai harapan. Kendala dan permasalahan pada kegiatan off farm akan terdeteksi jika fungsi pengawasan dilakukan dengan
baik. Bentuk pengawasan yang
dilakukan responden yaitu pada saat penentuan harga buah jeruk dan pada
saat proses sortasi.
Penentuan harga bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam melakukan pemasaran,
sedangkan proses pengawasan pada saat sortasi bertujuan untuk meminimlisir buah
jeruk yang tidak seharusnya masuk dalam kriteria A menjadi kriteria A dan
sebaliknya.
Pengawasan resiko yaitu suatu bentuk
pengawasan pada berbagai kendala yang ada pada usahatani sehingga resiko
teridentifikasi dan dapat ditanggulangi. Kendala yang dialami responden
dalam penanganan pascapanen adalah penentuan harga, sehingga sebelum buah
dipasarkan, responden melakukan survey harga
di pasar. Kesulitan penentuan
harga dikarenakan responden masih belum mengetahui cara mematok harga untuk
produknya. Hal yang ditakutkan adalah saat penetapan harga yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi sehingga akan merusak harga pasar. Permasalahan lain yang
sering dialami adalah jatuhnya harga
buah jeruk segar di pasaran saat terjadi musim panen raya, sehingga
keuntungan yang diperoleh responden sangat sedikit. Kendala-kendala seperti ini
harus segera dikendalikan agar tidak menambah resiko dalam kegiatan off farm, khususnya pemasaran.
4.2.5 Pengendalian dan Evaluasi
Pengendalian
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
ketersediaan buah jeruk agar dapat dipasarkan secara berkelanjutan yaitu
dengan mengatur waktu pemanenan secara berkala. Pengaturan waktu panen juga
bertujuan untuk meminimalisir harga jeruk yang selalu mengalami fluktuasi.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi jatuhnya harga adalah dengan cara menahan
buah tetap di pohon dan tidak dipanen terlebih dahulu sampai harga stabil
kembali. Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan
off farm yang merupakan tindak
lanjut dari kendala dan permasalahan yang terjadi selama kegiatan off farm. Evaluasi dan pengendalian
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam melakukan kegiatan off farm.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSangat membantu sekali kak.
ReplyDelete