Macam macam Penyakit Pada Tanaman Kedelai
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kedelai (Glycine max (L.) merupakan salah
satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia.
Tanaman ini mempunyai arti penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka
perbaikan gizi masyarakat, karena merupakan sumber protein nabati yang relatif
murah bila dibandingkan sumber protein lainnya seperti daging, susu, dan ikan.
Kedelai merupakan komoditas strategis di indonesia. Produksi tanaman kedelai
tahun 2012 mencapai 851.65 ribu ton (Badan Pusat Statistika, 2013).
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu
meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan
perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus
diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut.
Lahan budidaya kedelaipun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan.
Serangan penyakit tanaman merupakan salah satu
penyebab produktivitas tanaman kedelai masih rendah (sekitar 1,2 t/ha). Tidak
kurang 20 patogen jamur, bakteri, mikoplasma dan virus dapat menyerang tanaman
kedelai dan menyebabkan kerugian hasil mulai ringan sampai berat. Ekologi
tropika yang lembab dan hangat serta tidak adanya musim dingin/musim panas yang
tegas, memungkinkan petani bertanam sepanjang tahun dengan pola tanam yang
tidak teratur dan terpencar, menyebabkan permasalahan pengendalian penyakit
tanaman menjadi lebih kompleks.
Penyebab rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara
lain adalah gangguan penyakit tanaman hal ini berdasarkan keterangan pakar tanaman
pangan. Penyakit yang sering merusak tanaman kedelai adalah karat daun. Selain
menurunkan hasil, penyakit karat daun juga berpotensi menurunkan kualitas biji
kedelai. Tanaman kedelai yang tertular penyakit ini memiliki biji lebih kecil.
Selain penyakit tersebut masih banyak lagi penyakit yang terdapat pada tanaman
kedelai
Berdasarkan pengamatan di lapangan seringkali petani
mengalami kesulitan dalam membudidayakan kedelai dikarenakan banyaknya penyakit
yang menyerang. Berbagai jenis penyakit tanaman kedelai bermunculan. Tak
sedikit biaya yang harus dikeluarkan petani untuk merawat tanaman kedelai.
Terlebih jika petani tidak mengetahui penyakit apa yang menyerang tanaman
kedelai maka petani akan semakin kesulitan untuk mengobatinya dan akhirnya
gagal panen. Untuk mengetahui penyakit apa yang menyerang tanaman kedelai
haruslah 1 2 dibutuhkan seorang pakar yang ahli dalam bidang pertanian,
khususnya untuk tanaman kedelai sendiri, Oleh karena itu makalah ini dibuat
dengan tujuan agar memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengendalian dan contoh penyakit yang ada pada tanaman kedelai?
BAB 2. PEMBAHASAN
Penyebab rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara
lain adalah gangguan penyakit tanaman hal ini berdasarkan keterangan pakar
tanaman pangan. Penyakit yang sering merusak tanaman kedelai adalah karat daun.
Selain menurunkan hasil, penyakit karat daun juga berpotensi menurunkan
kualitas biji kedelai. Tanaman kedelai yang tertular penyakit ini memiliki biji
lebih kecil. Selain penyakit tersebut masih banyak lagi penyakit yang terdapat
pada tanaman kedelai. Berikut penyaakit-penyakit yang dapat menyerang tanaman
kedelai
2.1 Penyakit
Bercak Daun
Penyakit bercak daun memang sudah
menyebar rata di Indonesia. Penyakit ini juga menyerang negara-negara tetangga
seperti Thailand dan Vietnam. Penyakit tersebut disebabkan adanya bakteri
Xanthomonas Phaseoli. Penyakit bercak daun adalah penyakit penting pada komoditas kedelai di Indonesia. Bakteri
ini meyerang tanaman kedelai bermula dari bagian daun. Bakteri tersebutmasuk
denga hidatoda yang strukturnya mempunyai pori air yang berlokasi di bagian
tepi daun. Selain melalui hidatoda, bakteri dapat masuk melalui stomata dan
kemudian menyerang ruang antar sel yang akan menyebabkan kerusakan jangka
panjang (Inayati, 2016)
b d pada tanaman kedelai
Pengendalian
penyakit bercak daun target spot dapat dilakukan dengan cara:
·
Mengatur jarak tanam yang terlalu dekat
akan meningkatkan kelembapan.
·
Sanitasi dan menjaga kebersihan area
tanaman
·
Memusnahkan tanaman terinfeksi
·
Penggunaan varietas yan toleran terhadap
penyakit ini.
2.2
Menurut Semanggun (2004), penyakit layu merupakan penyakit pada tanaman yang
disebabkan oleh jamur S. rolsfii.
Penyakit ini sering menyerang tanaman kacang – kacangan. Pada pangkal batang
tanaman yang terserang layu akan terdapat benang – benang berwarna putih
seperti bulu, yang kemudian membentuk butir – butir bulat atau jorong, mula –
mula berwarna putih kemudian akhirnya berwarna cokelat. Fusarium sp dan S. rolsfii
menginfeksi tanaman kedelai di lapangan dengan gejala penyakit rebah dan layu,
beberapa pada uji patogenesisnya beberapa jamur patogen pada tanaman kedelai. Penyakit
layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) menyerang pangkal batang. Penyerangan
pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala tanaman kedelai yang terserang oleh penyakit layu bakteri adalah layu
mendadak dan menguning secara perlahan bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak
tanam rapat, serta pangkal batang akan membusuk.
Menurut
Fahruddin (2000), pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain pemilihan dan penggunaan benih yang tahan terhadap penyakit ini,
pemusnahan tanaman yang terserang, penyiraman dengan fungisida, pengendalian
dengan menggunakan agen hayati, biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan
layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, dan pergiliran tanaman dilakukan
dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut.
2.3
KARAT DAUN
Penyakit
karat merupakan penyakit penting pada kedelai, terutama pada pertanaman musim kemarau.
Di Indonesia penyakit karat pertama kali ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta
pada tahun 1900, tetapi pengamatan lebih intensif baru dilakukan pada tahun
1960-an. Kehilangan hasil akibat penyakit karat di Indonesia mencapai 90%
(Sudjono et al. 1985).
A. GEJALA
PENYAKIT KARAT
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat kedelai adalah terdapatnya
bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat
pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora. Serangan berat
menyebabkan daun gugur dan polong hampa.Terjadi bercak- bercak kecil berwarna
cokelat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi cokelat
atau coklat tua. Biasanya dimulai dari daun bawah baru kemudian ke daun yang
lebih muda. Penyakit karat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok sebelum
waktunya.
1.
Penyebab Penyakit
Penyakit
karat disebabkan oleh cendawan P. pachyrhizi. Spora cendawan dibentuk dalam
uredium dengan diameter 25−50 µm sampai 5−14µm. Uredospora berbentuk bulat
telur, berwarna kuning keemasan sampai
coklat muda dengan diameter 18−34µm.
2.
Siklus Penyakit dan Epidemiologi
Epidemi
didorong oleh panjangnya waktu daun dalam kondisi basah dengan temperature
kurang dari 280º C. Perkecambahan spora dan penetrasi spora membutuhkan air
bebas dan terjadi pada suhu 8 - 280º C. Uredia muncul 9-10 hari setelah infeksi
dan urediospora diproduksi setelah 3 minggu. Kondisi lembab yang panjang dan
peiode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun- daun dan sporulasi.
B.
PENGENDALIAN
1.
Varietas Tahan
Sebelum
melakukan tindakan pengendalian, perlu dilakukan pemantauan.Penyakit karat
termasuk penyakit yang cepat perkembangannya (dengan periode laten 9 hari).
Spora dapat terbawa oleh angin, air
atauseranggasehingga penyakit dapat
menyebar ke segala arah, yang didukung dengan cuaca yang sesuai sepanjang
tahun. Pemantauan penyakit karat dimulai pada saat tanaman kedelai berumur 3
minggu. Pengendalian penyakit dilakukan apabila intensitas serangan telah
mencapai 5% untuk varietas unggul tahan
karat.
Ketahanan
suatu varietas terhadap suatu penyakit umumnya tidak berlangsung selamanya.
Jika muncul ras baru yang lebih virulen, ketahanan varietas tersebut akan
patah, oleh karena itu adanya varietas-varietas baru yang tahan terhadap
penyakit karat sangat dibutuhkan dalam upaya mengendalikan penyakit tersebut.
Varietas
yang toleran dapat terinfeksi patogen karat,
tetapi masih dapat menghasilkan biji. Varietas dengan kategori agak
tahan memiliki ketahanan terhadap penyakit karat yang berada antara tahan dan
agak rentan. Apabila menanam varietas yang agak tahan, perlu dipadukan dengan
cara pengendalian lain, misalnya dengan fungisida nabati.
2.
Fungisida Nabati
Pengendalian
dengan fungisida nabati mempunyai keunggulan karena tidak mencemari lingkungan,
bahannya tersedia di lingkungan sekitar, dan lebih murah daripada fungisida
sintetis (Kardinan 1998). Oleh karena itu, pengendalian dengan fungisida nabati
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah inokulum awal.
Minyak
cengkih mengandung bahan aktif eugenol (Guenther 1990) yang berkhasiat
menghambat perkembangan beberapa mikroorganisme penyebab penyakit, seperti
Fusarium oxysporum pada vanili, serta Phytophthora capsici, Rhizoctonia solani,
dan Sclerotium rolfsii pada lada (Tombe et al. 1992).
3.
Agens hayati
Pengendalian
dengan agens hayati dimaksudkan dengan mengaplikasikan mikroorganisme antagonis
dari penyebab penyakit. Menurut Zadoks dan Schein (1979), cara pengendalian tersebut dapat meminimalkan
jumlah inokulum awal dan mengurangi perkembangan penyakit. Keunggulan cara
pengendalian tersebut adalah tidak mencemari lingkungan dan dengan satu kali
aplikasi, efek residunya dapat bertahan lama, sampai beberapa musim tanam.
Mikroorganisme
antagonis yang sering digunakan untuk mengendalikan penyakit karat adalah
bakteri Bacillus dan cendawan Verticillium.
Menurut Baker dan Cook (1974), mekanisme pengendalian dengan antagonis
dikategorikan menjadi tiga, yakni: 1. antibiosis, yaitu mengeluarkan senyawa
kimia yang dapat mematikan penyebab penyakit, 2. hiperparasit, yaitu antagonis
memarasit penyebab penyakit, dan 3. kompetisi, yaitu persaingan makanan atau
tempat hidup antara antagonis dan penyebab penyakit.
Penggunaan
bakteri sebagai agens antagonis juga berpeluang untuk pengendalian penyakit
karat karena bakteri masuk ke dalam jaringan tumbuhan dan mengikuti
transportasi cairan di dalam sel tanaman sehingga tidak terkena panas matahari
secara langsung. Beberapa jenis formulasi seperti Ballad buatan Amerika Serikat
telah dipasarkan. Ballad mengandung Bacillus pumulis dangula amino. Gula amino
berfungsi 1. menghambat pembentukan sekat antarsel dan dinding sel baru, 2.
merusak kesatuan sel, 3. mematikan
sel-sel patogen, dan 4. bakteri itu
sendiri merupakan pembatas bagi patogen untuk membentuk sporapada permukaan tanaman
(Grath 2009).
Gambar dari
karat daun.
2.4
Busuk
Batang Kedelai
Penyakit busuk batang pada kedelai disebabkan oleh
adanya jamur atau cendawan yang bersifat antagonis yang bernama Sclerotium rolfsii. Cendawan Sclerotium
rolfsii selain dapat mengakibatkan busuk batang, cendawan tersebut juga
dapat mengakibatkan busuk akar, layu dan busuk pangkal batang. Cendawan
tersebut biasanya menyerang tanaman dikotil contohnya kedelai. Infeksi S. rolfsii pada kedelai biasanya mulai
terjadi di awal pertumbuhan tanaman dengan gejala busuk kecambah atau rebah
semai. Pada tanaman kedelai berumur yang lebih tua atau 2–3 minggu setelah
tanam, gejalanya berupa busuk pangkal batang dan layu, pada bagian terinfeksi
terlihat bercak berwarna coklat pucat dan di bagian tersebut tumbuh miselia
jamur berwarna putih. Cendawan Sclerotium
rolfsii mempunyai dampak besar pada produktivitas kedelai di Indonesia.
Diketahui bahwa Indonesia kehilangan produktivitas kedelai mencapai 2500
ton/tahun akibat cendawan tersebut (Latifah, dkk., Sumber
Cara pengendalian
Cendawan Sclerotium rolfsii saat ini
dilakukan dengan cara pencabutan tanaman yang terserang penyakit. Cara tersebut
kurang efesien dikarenakan pathogen dapat bertahan dalam tanah dan membentuk
organ pembiakan. Pengendalian Cendawan Sclerotium
rolfsii dapat dilakukan dengan cara seperti memakai fungisida, rotasi
tanaman, solarisasi tanah, dan pengendalian hayati. Pengendalian hayati dapat
dilakukan dengan memanfaatkan mikroba yang bersifat antagonis terhadap cendawan
tersebut. Mikroba yang bersifat antagonis terhadap Cendawan Sclerotium rolfsii adalah cendawan Trichoderma, Spesies Trichoderma merupakan kelompok cendawan
yang mengkolonisasi rizosfir sebagai jenis mikroba yang bersifat antagonis pada
patogen tular tanah. Mekanisme antagonis dari spesies Trichoderma adalah
persaingan, mikoparasitisme, antibiosis, dan lisis (Latifah, dkk., 2014)
2.5 PENYAKIT
ANTRAKNOSA
Antraknosa adalah salah satu
penyakit yang menyerang tanaman dan dapat menyebabkan kerugian dalam budidaya
suatu tanaman. Penyakit antraknosa dapat menyebabkan penurunan produksi pada
beberapa tanaman. Missal tanaman kedelai yang terkena peyakit antraknosa,
budidaya tanaman kedelai tersebut akan mengalami penurunan produksi dikarenakan
penyakit tersebut menyerang tanaman kedelai dan tidak dilakukan pemberantasan
penyakit antraknosa tersebut. Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
capsici, Colletotricum gloeosporioides, dan Colletotrichum acutatum. Penyakit antraknosa ini biasanya
menyerang pada bagia batang, biji, buah, dan daun, dan penyakit ini lebih
sering meyerang pada bagian buah yang akan matang. Penyakit ini dianggap sangat
meresahkan petani karena memiliki dampak yang buruk bagi produksi kedelai
nantinya.
Gambar penyakit antraknosa pada
tanaman kedelai.
Pengendalian
padat dilakukan dengan perlakuan filtrate P. fluorescens. Perlakuan filtrate dengan P. fluorescens, dapat
menghambat cendawan C.acutatum untuk
tumbuh dengan baik dengan menghambatnya cendawan makasemakin kecil kemungkinan
kehilangan hasil panen pada tanaman. P. fluorescens.
Dapat menghambat cendawan dikarenakan P. fluorescens.
Memiliki mekanisme antagonis yang dapat mengurangi jumlah inokulim awal
pada jamur.
BAB 3. KESIMPULAN
Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan
pangan yang penting setelah beras disamping sebagai bahan pakan dan industri
olahan. Karena hampir 90% digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan
kedelai menjadi faktor yang cukup penting. Adanya penyakit juga mampu
menurunkan produksi hasil pertanian. Berbagai jenis penyakit tanaman kedelai
bermunculan. Tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan petani untuk merawat
tanaman kedelai. Terlebih jika petani tidak mengetahui penyakit apa yang
menyerang tanaman kedelai maka petani akan semakin kesulitan untuk mengobatinya
dan akhirnya gagal panen. Contoh penyakit dari tanaman kedelai ialah busuk
batang, antraknosa, karat daun, dan bercak daun.
DAFTAR PUSTAKA
Inayati, A. 2016. Ketahanan Terimbas
Tanaman Kacang-kacangan terhadap Penyakit Induced Disease Resistance in
Legumes. Iptek Tanaman Pangan. 11(2):
176-186
Utomo, S. D., E. Setiowati, dan H. M.
Akin. 2005. Ketahanan Terhadap Penyakit Bercak Daun Lambat (Cercosporidium
Personatum) Dan Karakter Agronomi Kacang Tanah Famili F5 Keturunan Persilangan
Kelinci X Southern Runner. HPT Tropika. 5(2):104-112
Fahruddin, L.
2000. Budidaya Kacang-Kacangan.
Yogyakarta : Kanisius.
Semangun, H. 2004. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Latifah,
Hendrival, dan Mihram. 2014. Asosiasi Cendawan Antagonis Trichoderma Harzianum
Rifai Dan Cendawan Mikoriza Arbuskular Untuk Mengendalikan Penyakit Busuk
Pangkal Batang Pada Kedelai. J. HPT
Tropika, 14(2): 160-169.
Sriyanti. N.L.G, Dewa. N. S, I. Ketut.
S, 2015, Uji Keefektifan Rizobakteri
dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Colletotrichum spp. Penyebab Antraknosa
pada Cabai Merah (Capsicum annuum L.), E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika,
4(1):53-65
Rostini.N,
Silvia.H, 2012, 9 strategi bertanam cabai bebas hama dan penyakit, Jakarta
Selatan, PT AgroMedia Pustaka
Comments
Post a Comment